1.
Sejarah
Tugu Thomas Parr
Salah satu yang
menarik dalam berwisata ke provinsi Bengkulu adalah sebuah monumen persatuan
rakyat Bengkulu melawan penjajah Inggris di Monumen Thomas. Tugu Tomas Parr (Parr Monument) adalah salah satu
bangunan bersejarah peninggalan Inggris yang ada di jantung kota Bengkulu.
Orang Inggris memberi nama “Parr Mausoleum” (kuburan besar Gubernur Parr).
Sedangkan orang Bengkulu menyebutnya sebagai “Kuburan Bulek” (Kuburan Bulat) –
mungkin karena bentuk fisik bangunannya yang bulat. Dan setelah kedatangan Sir
Thomas Stamford Raffles, lebih popular dengan nama “ Raffles Park” (Taman
Raffles).
Letaknya
berdekatan dengan Benteng Marlborough, hanya berjarak sekitar 170 m di sebelah
tenggara. Monumen berbentuk tugu dengan luas 70 meter persegi dan tinggi 13,5
meter ini dibangun oleh pemerintah Inggris pada tahun 1808 untuk memperingati
Residen (Gubernur) Thomas Parr yang tewas dibunuh oleh rakyat Bengkulu.
Nama
Thomas Parr mungkin sangat asing di telinga kebanyakan orang. Namun nama ini
tidak demikian asing bagi penduduk kota Bengkulu. Paling tidak masyarakat
Bengkulu mengenal nama itu dari nama sebuah monumen bernama Tugu Thomas Parr.
Bisa dikatakan Tugu Thomas Parr ini sebagai salah satu ikon kota Bengkulu.
Hampir mirip dengan Monumen Tugu yang ada di kota Yogyakarta. Monumen ini pun
menyiman nilai historis yang sangat tinggi. Pembangunan monumen ini dilakukan
oleh Pemerintah Inggris sebagai penghormatan sosok seorang Thomas Parr di kota
Bengkulu.
2. Perjuangan Rakyat Bengkulu di Monumen Thomas Parr
Selama 140
tahun berada di Bengkulu, orang-orang Inggris banyak yang meninggal dunia.
Kematian orang-orang Inggris tersebut kebanyakan disebabkan oleh serangan
penyakit malaria dan disentri, dan tewas dalam konflik-konflik dengan rakyat
Bengkulu. Orang-orang Inggris yang meninggal di Bengkulu pada masa itu tercatat
sebanyak 709 orang. Apabila diambil angka rata-rata maka selama 140 tahun 5
orang Inggris yang meninggal setiap tahunnya. Sebagian dari orang-orang Inggris
tersebut dimakamkan di pemakaman Inggris di Jitra, Bengkulu.
Di Bengkulu
pada tahun 1808 dibangun sebuah monumen atau tugu peringatan bagi bangsa
Inggris dalam zaman kompeni dulu. Monumen ini dibuat oleh Inggris untuk mengenang pengalaman pahit
bangsa Inggris karena di tempat itu dikuburnya Thomas Parr bersama seorang
asistennya yang terbunuh dalam satu insiden dengan rakyat Bengkulu pada malam
tanggal 27 Desember 1807. Pembunuhan terhadap Thomas Parr ini disebabkan oleh
akumulasi rasa tidak puas rakyat Bengkulu terhadap kebijaksanaan yang ditempuh
oleh penguasa Inggris. Kebijaksanaan Parr yang menimbulkan ketidakpuasan di
kalangan pribumi,
antara lain pemberlakuan tanam paksa kopi dan pengubahan yang besar dalam
peradilan pribumi tanpa persetujuan dan tanpa meminta nasihat dari para Kepala
Adat Rakyat Bengkulu.
Tugu ini
berupa bangunan monumental untuk memperingati Residen Thomas Parr yang tewas
dibunuh rakyat Bengkulu. Keistimewaan Monumen Thomas Parr dapat dilihat dari
dua aspek, yaitu aspek fisik bangunannya dan aspek sejarahnya. Dilihat dari
aspek fisiknya, keistimewaan Monumen Thomas Parr dapat dilihat dari keunikan
arsitekturnya. Monumen berbentuk tugu ini berdenah segi 8 dan mempunyai
tiang-tiang bergaya corinthian (berbentuk bulat seperti balok kayu yang
mengandung makna agar bangunan terlihat kokoh dan berwibawa). Pintu masuk pada
tugu ini terdapat di bagian depan dan sisi kanan dan kiri. Bentuk dari pintu
masuk ini lengkung sempurna dan tidak mempunyai daun pintu. Pada salah satu
dinding di ruang dalam tugu terdapat sebuah prasasti, tapi pada saat ini sudah
tidak dapat dibaca lagi. Bagian atas tugu mempunyai atap yang berbentuk kubah.
Berdasarkan lukisan Joseph C Stadler dalam buku Prints of Sotut East Asia in
The India Office Library terlihat di lokasi tugu ini terdapat Gedung
Pemerintahan dan Gedung Dewan EIC. Monumen ini dibangun untuk mengenang Thomas
Parr, seorang Residen Bengkulu dari Inggris yang tewas ditikam dan kemudian
dipenggal kepalanya oleh penduduk setempat pada tahun 1807 ketika ia tengah
beristirahat di rumahnya. Thomas Parr diduga dibunuh oleh orang-orang Bugis
yang bekerja sebagai anggota keamanan perusahaan dagang Inggris (East India
Company). Thomas Parr merasa khawatir dengan perkembangan kekuatan pasukan
Bugis ini dan berupaya untuk mengurangi peran mereka, namun orang Bugis merasa
tidak senang hingga akhirnya ia terbunuh.
Inggris
membalas kematian Parr dengan menembaki sejumlah penguasa lokal yang dicurigai
berada dibalik pembunuhan tersebut dan membumihanguskan desa-desa tempat
tinggal mereka. Residen Thomas Parr (1805-1807) adalah penguasa Inggris ke
empat puluh sembilan yang diangkat pemerintah Inggris (Residen pertama Bengkulu,
penguasa sebelumnya di sebut Deputy Governor) Thomas Parr Menggantikan Deputy
Governor Walter Ewer (1800-1805)(8),Parr sampai di Bengkulu tanggal 27
September 1805, menggantikan Govermen Walter Ewer. Thomas Parr dikenal sebagai
penguasa Inggris yang angkuh dan ganas, dia adalah orang pertama yang
memperkenalkan tanaman kopi dengan tanaman paksa di Bengkulu.
Kekejaman dan
keangkuhan Thomas Parr tidak saja dirasakan oleh penduduk pribumi tapi juga
oleh orang-orang Bugis yang bekerja pada kompeni Inggris, bahkan juga dirasakan
oleh pejabat Inggris lainnya. Parr juga dianggap terlalu jauh melangkah mencampuri
urusan kepemimpinan tradisional dan adat masyarakat Bengkulu, seperti membuat
pertentangan antara rakyat dengan pangeran Sungai Hitam serta peradilan. Puncak
dari kebencian rakyat Bengkulu akhirnya tidak terbendung lagi pada malam 23
Desember 1807, Thomas Parr yang berada di rumah peristirahatannya Mount Felix (Sekarang
Rumah Dinas Gubernur atau Gedung Daerah) tiga mil arah Selatan Marlborough
dihabisi masa rakyat dibawah pimpinan Depati Sukarami, Depati Pagar Dewa dan
Depati Lagan.
Kesaksian dari
isteri Parr menyebutkan tiga orang yang masuk kerumah membunuh Parr, asistennya
Charles Murray yang berusaha melindungi majikannya terluka dan akhirnya
meninggal, sementara dia sendiri hanya terluka. Dari kesaksian isteri Parr
jelaslah bahwa tujuan penyerang hanyalah Thomas Parr. Sebagai pembalasan
Inggris bertindak keji dan membabi buta, menghancurkan dusun-dusun di Sukarami,
Pagar Dewa dan Lagan tanpa prikemanusiaan, bukan saja penduduk yang menjadi
sasaran hewan ternakpun tidak luput dari amukan tentara Inggris yang kehilangan
kendali. Pada tahun 1808 Inggris mendirikan Monumen untuk memperingati Thomas
Parr yang terletak 100 meter dari Benteng Marlborough, dalam pembangunannya
rakyat dipaksa dengan kekerasan agar pembangunannya dapat selesai dalam waktu
yang telah ditentukan. Letak Tugu Thomas Parr persis di depan kantor Pos
Bengkulu. Inggris mendirikan monument ini sebagai penghargaan dan penghormatan
terhadap Thomas Parr sementara bagi rakyat Bengkulu ditafsirkan sebagai
penghargaan terhadap para pejuang tak dikenal yang telah mati dalam
mempertahankan hak dan kemerdekaaan tanah leluhurnya dari penindasan kolonial
Inggris. Kuburan Bulek ini juga merupakan simpul persatuan rakyat Bengkulu
dalam melakukan protes dan air mata darah orang Bengkulu yang telah ditumpah
paksakan oleh kesemenaan Inggris, juga merupakan tonggak sejarah yang
mengandung nilai historis yang tidak ternilai bagi generasi sekarang.
Disemayamkan
di dalam Benteng Marlborough dan masih bisa kita jumpai bila berkunjung ke
Benteng fort Marlborough, yang katanya memang di pindahkan dari tempat asal
mulanya untuk menghindari amarah rakyat Bengkulu saat itu yang membongkar makam
tersebut dan juga dikawatirkan dinajiskan (dikutuk) oleh penduduk lokal.
Demikian juga dengan makam Charles Murray, sekretarisnya yang telah berusaha
menyelamatkan Mr. Parr, dan meninggal pada tanggal 7 Januari 1808.
3. Makam Thomas dan para asistennya
Sebagai
informasi buat pengunjung Benteng Fort Marlborough, saat ini tidak banyak yang
tahu kalau makam di dalam benteng itu adalah makan Thomas Parr dan Asistennya.
Namun demikian seorang peneliti memperoleh copy tulisan yang sempat di baca
ahli sejarah Inggris yang mendokumentasikannya saat dilakukan restorasi pertama
Benteng Fort Marlborough dulu, dan copy tulisan ini semoga bisa di cantumkan di
dekat makam oleh pengelolah Benteng untuk keterangan kepada pengunjung yang
datang ke makam. Berikut copy dari tulisan batu penutup makam itu (3 makam)
(Gravestones in Fort Marlborough):
1. Di bawah obelisk
ini dikebumikan /
the Remains of / Captain Robert Hamilton
/ Siapa yang meninggal pada tanggal 15 DECR 1793
/ di Usia 38
Tahun / di
komando Pasukan /
dan / Anggota
Kedua Pemerintah.
Tanda
baca seru dan titik-titik pada kalimat di atas adalah huruf-huruf atau lambang
yang tak bisa di kenali lagi (tak dapat di baca) pada saat di lakukan restorasi
pertama yang melibatkan arkeolgi dunia.
2. Di sini /
Apakah menaruh Remains
of / Charles Murray Esqr. / Asisten
ke Keresidenan (?) Dari Fort Marlborough
/ Nya!! a Kemajuan / dari Band of Assassins
/ di Night of the
...... Desember 1807 / ketika Thomas Parr esqr / Resident di Bencoolen
/ Represenrative Pemerintah
/ turun Duty
sesat mereka (?)
/ Perawatan manusiawi-Nya diawetkan Kehidupan /
Janda!! nya ....
nd / Terluka
di com ......
suaminya / dari
Daggers dari Assassins
/ Dis .....
disebabkan oleh cemas dan tak henti-hentinya Eksekusi / dalam Discharge
bersemangat of Duty publik / (dimine)
Season Bahaya dan
Alarm / dihapus
(?) Kehidupan ini
/ pada 7 Januari
1808 / Berumur 21 Tahun / In Memory / dari
berani nya Perilaku
dan manusiawi /
dan Pelayanan publik
/ The Right Honourable
Lord Minto / Gubernur
Jenderal di Dewan / disebabkan Monumen
ini akan didirikan / Untuk Memori /
Charles Murray Esquire.
3. Berikut adalah Deposit / The Remains / dari / Thomas
Parr Esquire / dalam kehidupan / wakil!!!! I!!! pembunuh / di malam hari
.............. Desember / ................ / .................. /
....................... / Dan keuntungan untuk saya Pengusaha Nya / The Right
Honourable Gilbert Lord Minto / Gubernur Jenderal di Dewan / telah
memerintahkan / marmer ini akan didirikan / Memory / nya Lindeman, Sct.This
Batu / Apakah iklan menambahkan ....... ....... yang .........................
/ The ................. dari / Thomas Parr Esquire / .............. /
............. / Janda / Will ............................ / Waktu akan ada lagi
/ Lindeman, Sct. (De naam Lindeman adalah die van de steenhouwer)
Bisa di simpulakan
bahwa ke tiga makam itu adalah makam :
1. Captain Robert Hamilton (Orang kedua Governor yang berusia 38 tahun)
2. Charles Murray Esqr (Asisten Residen atau sekretaris yang berusia 21 tahun)
3. Thomas Parr Esquire (Residen pertama Bengkulu)
1. Captain Robert Hamilton (Orang kedua Governor yang berusia 38 tahun)
2. Charles Murray Esqr (Asisten Residen atau sekretaris yang berusia 21 tahun)
3. Thomas Parr Esquire (Residen pertama Bengkulu)
Bagi
pemerintah kolonial Inggris, bagaimana pun juga Thomas Parr tetap dianggap sebagai
pahlawan karena jasa dan pengabdiannya. Oleh karena itu, pemerintah Inggris
kemudian mendirikan sebuah monumen untuk mengenangnya. Monumen yang didirikan
tanggal 7 Januari 1808 itu, terdapat prasasti (memori) yang berkaitan dengan
peristiwa Mount Felix.
4.
Istana
inggris
Thomas Stamford Raffles adalah Gubernur terakhir Inggris di Bengkulu sebelum akhirnya penguasaan terhadap Bengkulu di tukar oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Pulau Kecil di ujung Semenanjung Malaka, ‘Singapura’. Dalam masa kekuasaannya Raffles tinggal di rumah ini yang selain digunakan sebagai tempat tinggal, juga dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas dalam pemerintahannya.
Bangunan
‘Istana Gubenur’ ini terletak sekitar 300 meter ke arah Utara Benteng
Marlborough. Diantara kedua bangunan penting ini terdapat Tugu Thomas Parr yang
merupakan salah satu monumen penting baik bagi Bangsa Inggris maupun Bangsa
Indonesia.
Konon cerita
pada masanya terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rumah Gubernur
ini dengan sisi dalam Benteng Marlborough dengan melalui sisi bawah Tugu Thomas
Parr. Rumah kediaman yang lebih mengesankan sebagai ’Istana’ ini sangat kental
dengan corak arsitektur Eropa. Tiang-tiang besar yang berjajar di sisi depan
bangunan mengesankan kekuatan dan kemegahan. Dinding-dinding yang tebal dengan
bingkai jendela yang lebar merupakan ciri khas bangunan Bangsa Eropa pada masa
itu.
Setelah
kemerdekaan dan terutama setelah ditetapkannya Keresidenan Bengkulu menjadi
Provinsi sendiri yang terpisah dari Provinsi Sumatera Selatan, Bangunan Rumah
Kediaman Thomas Stamford Raffles ini di setahap demi setahap dipugar. Sekarang
bangunan ini dimanfaatkan sebagai Rumah Kediaman Gubernur Bengkulu dimana
sering pula digunakan sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas pemerintahan
daerah.
Bangunan
‘Istana’ Raffles ini menjadi tempat yang tak boleh dilewatkan bila kita
berkunjung ke Bengkulu. Bangunan ini merupakan bagian dari rangkaian prasasti
yang mengisahkan kepada kita –generasi saat ini - betapa interaksi antara masyarakat
Inggris dengan masyarakat Bengkulu pada masa itu begitu sarat dengan kesan dan
kisah heroisme.
·
Akses
Letak yang
tepat di jantung Kota Bengkulu, membuat Monumen Thomas Parr tidak sulit untuk
di akses. Dari Bandar Udara Fatmawati Bengkulu, pengunjung dapat menggunakan
taksi atau mobil sewaan untuk sampai di lokasi objek wisata ini dengan waktu
tempuh sekitar 1,5 jam. Jika pengunjung menggunakan jalur darat, Monumen Thomas
Parr juga mudah untuk di akses terutama dari arah terminal Bus Bengkulu. Dari terminal
bus Bengkulu, pengunjung dapat menggunakan ankutan kota jurusan kampung cina
kota Bengkulu dan turun tepat depan Monumen Thomas Parr.
5.
Tugu Thomas
Terancam
Bengkulu HeritageTugu Thomass Parr Thomas Parr MonumentTugu
Makam tak Di KenalApapun dalihnya, Heritage di Kota bengkulu ini harus di
selamatkan. Rencana pembongkaran Tugu ini oleh Pemerintahah Kota Bengkulu untuk
membangun terowongan adalah sangat tak beralasan, mengapa Pemerintah setempat
tidak mencari solusi dengan membangun terowongan tanpa harus membongkar Tugu
Thomas Parr, yang merupakan Heritage Bengkulu bahkan Heritage milik Indonesia
yang telah berumur 2 abad (1808-2008).
Sebenarnya, di dalamnya tugu ini terdapat beberapa inskripsi (tulisan pada
batu nisan). Di antaranya adalah inskripsi Resident Thomas Parr, dan
Sekretarisnya Charless Murray. Karena pertimbangan keamanan pada waktu itu,
maka inskripsi tersebut lalu dipindahkan ke dalam Benteng Marlborough.
Sayang, Tugu Thomas Parr ini tak lebih dari seonggok benda bisu yang tak
bisa bicara banyak tentang peristiwa sejarah yang terjadi pada malam tanggal 23
Desember 1807. Padahal bangunan ini punya potensi besar sebagai aset wisata
berskala internasional. Konsep wisata berskala internasional disini, dipahami
sebagai konsep daya pikat kecenderungan wisatawan kelas dunia. Salah satu
kecenderungan global wisatawan adalah keinginan untuk menikmati obyek bangunan
bersejarah yang unik – spesifik dan masih orisinil. Atau setidaknya mendekati
orisinalitasnya. Maka, tidak mengherankan jika ada upaya-upaya serius
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk melakukan restorasi – renovasi
(pemugaran) terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang mengalami kerusakan, kekurangan
maupun kehilangan. Oleh karena “Benda Cagar Budaya”, ini masih dibawah
pengawasan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) yang ada di Jambi,
maka semestinya BP3 Jambi dapat menjalin kerjasama dengan pihak Pemerintah
Daerah Bengkulu untuk program restorasi.
Bisa saja, Pemerintah Propinsi (Pemprop) atau Pemerintah Kota (Pemkot)
Bengkulu merevitalisasi untuk kepentingan pariwisata … sebagai tempat studi
wisata sejarah Bengkulu…Dan tentu saja didalamnya musti dilengkapi dengan
berbagai macam arsip, dokumen, sejarah pada zamannya – termasuk merestorasi
bangunan dan isinya seperti pada zamannya. Untuk kepentingan studi – kajian
diperlukan ruangan semacam ruang perpustakaan atau ruang baca – ruang diskusi,
dan sejenisnya. Alangkah menariknya, jika program ini disinerjikan dengan
program kebijakan beberapa dinas/instansi/lembaga baik yang terkait secara
langsung maupun tidak langsung seperti Dinas Diknas, Dinas Budpar, Disperindag,
Kimpraswil (PU), Dishub, Kantor Perhubungan, ASITA, PHRI, Perguruan Tinggi/
institut serta unsur-unsur lain yang berhubungan dengan jasa kepariwisataan
seperti para seniman, pengrajin, tata boga – kuliner dan sebagainya.
Monumen
Thomas Parr adalah situs bersejarah. Ia termasuk benda yang dilindungi oleh
Undang-Undang No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Tentunya adalah
perbuatan "tercela" kalau pemerintah sampai merusaknya.
Kita
selaku orang Bengkulu tentu akan sangat menyayangkan kalau pembongkaran itu
betul-betul terjadi. Lebih sayang lagi kalau ada orang Bengkulu dan masyarakat
luas lebih tidak peduli pada persoalan ini Oh
birokrat Bengkulu, anda boleh saja berkuasa saat ini. Tapi dengan membongkar
heritage ini sama saja anda menghina dan tidak menghargai orang-orang Bengkulu,
anda akan di kenang sebagai birokrat yang tak menghargai nilai-nilai sejarah,
dan anda di kenang sebagai birokrat yang tak patut di hormati. Anda akan masuk
catatan hitam sejarah Bengkulu. Jadi sebaiknya anda ikut melestarikan Heritage
yang menjadi Icon Bengkulu lebih dari dua abad berlalu ini, bukan dengan
membongkarnya.